This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.
Jumat, 23 Maret 2012
AROGANSI KESUKSESAN
Seorang CEO dari perusahaan Fortune 100
mengatakan, “Success can lead to arrogance. When we are arrogant, we
quit listening. When we quit listening, we stop changing. In today’s
rapidly moving world, if we quit changing, we will ultimately fail.” (
Sukses bisa membuat kita jadi arogan. Saat kita arogan, kita berhenti
mendengarkan. Ketika kita berhenti mendengarkan, kita berhenti berubah.
Dan di dunia yang terus berubah dengan begitu cepatnya seperti sekarang,
kalau kita berhenti berubah, maka kita akan gagal ).
Itulah sisi negatif dari kesuksesan,
yakni arogansi. Arogansi muncul saat seseorang merasa diri paling hebat,
paling luar biasa, dan paling baik dibandingkan dengan yang lainnya
bahkan Tuhanpun ditentang. Penyakit mental ini bisa menjangkiti apa dan
siapa saja, mulai dari organisasi, produk, pemimpin, keluarga, dan orang
biasa.
Orang sukses lalu bersombong ria
sebenarnya patut disayangkan. Bayangkan saja, saat berjuang keras
menggapai kesuksesan, mereka begitu terbuka untuk belajar. Mereka mau
mendengarkan. Mereka mau berjerih payah, berani hidup susah, dan
mengorbankan diri. Bahkan, mereka tampak sangat ‘merakyat’ hidupnya.
Akan tetapi, itu dulu.
Sayang sekali, saat kesuksesan datang,
mereka lupa diri. Mungkin dia akan berkata, “Saya sudah berhasil
mencapai yang terbaik. Sekarang, Andalah yang harus mendengarkan saya.
Saya tidak perlu lagi mendengarkan Anda.” Hal itu diperparah lagi ketika
mereka dikelilingi oleh para ‘yes man’ yang tidak berani angkat bicara
soal kekurangan orang ini. Hal ini membuat orang itu semakin
‘megalomania’ , pongah, angkuh, dan egois. Ia terbelenggu oleh
kesuksesannya sendiri. Ia tidak pernah belajar lagi.
Ada Seorang Pebisnis, dia menceritakan
susah payahnya membangun bisnisnya. Cerita yang mengharukan sekaligus
heroik ketika dia harus tidur di kolong jembatan saat tiba di Jakarta
ketika remaja. Dengan susah payah dia merangkak dari bawah untuk
bertahan hidup. Menikah tanpa uang sepeser pun. Hidup di rumah kontrakan
kecil. Akan tetapi, dia tidak patah arang. Dia mengamati cara kerja
orang sukses, mencontoh, dan memodifikasi sendiri produknya. Sekarang,
dia pun berjaya. Tiga pabrik besar ada di genggamannya.
Namun, sayang sekali. Perusahan itu
sedang diterpa badai masalah internal. Pemicunya tak lain adalah sikap
pemimpin yang arogan. Dia otoriter dan antikritik. “Kalau saya bisa,
kalian juga harus bisa,” katanya pongah. Dia pun menolak ide-ide baru.
Dia mengelola perusahaan dengan serampangan. Turn over karyawan pun
tinggi. Sisanya hanya kelompok para ‘penjilat’ yang tidak berani
melawan. Dia menginginkan anak buahnya di-training. Padahal, dia sendiri
yang perlu up date diri dengan training.
Arogansi bisa menghampiri siapa saja.
Termasuk seorang pendidik, guru, dosen, Ayah, Ibu yang tiap hari memberi
sesuatu bagi orang lain.
Dari situ, kita belajar banyak untuk
hati-hati. Kesuksesan jangan membuat kita arogan dan cenderung self
centered serta tidak mau mendengarkan orang lain. Dunia begitu mengenal
sosok Mao, Hitler, ataupun Stalin. Mereka berjuang dari basis bawah
menuju pucuk kepemimpinan. Mereka pun berjuang untuk perubahan di
masyarakatnya. Idealisme mereka sangat luar biasa. Orang pun dibuatnya
kagum. Namun, mereka lupa daratan ketika sukses. Mereka memonopoli
kebenaran tunggal alias antikritik dan antipembaruan. Mereka memimpin
dengan tangan besi. Korban pun bergelimpangan dari tangannya. Begitu
juga dalam sejarah bisnis. IBM yang begitu besar dan terkenal pernah
mengalami kemerosotan saat arogansi membekap sikap dan pikiran para
pemimpin mereka.
TERJEBAK RETORIKA
Namun, itulah yang terjadi apabila orang
berhenti belajar dan merasa diri sudah selesai. Tanpa dia sadari,
lingkungannya terus belajar, berinovasi, dan berkembang. Sementara, dia
mandek di posisinya. Akibatnya, kue kesuksesan yang dia peroleh
lama-kelamaan menjadi basi. Tanpa sadar, kompetitor mereka bergerak jauh
meninggalkan dirinya di belakang. Mereka terjebak dalam retorika,
kalimat, jurus yang itu-itu saja alias usang. Arogansi telah menutup
hati dan pikirannya untuk kreatif menemukan jurus dan tip-tip baru
mempertahankan sekaligus mengembangkan kesuksesannya. Di sinilah,
arogansi berujung pada malapetaka dan kehancuran.
JADI BAGAIMANAKAH AGAR KESUKSESAN KITA TIDAK BERUBAH MENJADI AROGANSI
PERTAMA- Aware (sadar)
dengan sikap dan tingkah laku kita selalu. Meskipun sudah sukses, kita
perlu memberi waktu untuk menyadari sikap dan perilaku kita di mata
orang lain. Selalulah sadar apakah nada dan ucapan serta tindak tanduk
kita sekarang semakin membuat banyak orang lain terluka? Apakah kita
masih tetap menghargai orang lain? Apalagi orang-orang yang telah turut
membawa Anda ke level sukses sekarang, apakah Anda hargai? Jangan
sampai, tatkala masih bersusah payah, kita begitu respek, tetapi setelah
sukses justru mencampakkan mereka.
Seseorang dikatakan berhasil bukan
sekedar ia sukses akan tetapi ketika orang lain mengatakan ia berhasil
dan turut merasakan keberhasilan yang pernah diraihnya. Jadi
keberhasilan dikatakan sempurna jika lingkungan sekitar mengatakan ia
berhasil dengan cara yang benar dan mereka merasakan berkahnya. Namun
sering kali kita lupa untuk intropeksi diri, yang membuat diri ini
tumbuh dalam kekurangan rasa emosional dan spiritual.
KEDUA- Waspadai umpan
balik yang hanya menghibur kita tetapi tidak membuat kita belajar lagi.
Hati-hati dengan orang di sekeliling kita yang hanya mengatakan hal
bagus, tetapi tidak berani memberikan masukan yang baik. Kadang, masukan
negatif juga kita perlukan demi perkembangan, sesukses apa pun kita.
Pada dasarnya, setiap orang senang dipuji. Bahkan mereka rela
mengeluarkan uang yang banyak hanya untuk dipuji. Namun pujian yang
berlebihan justru dapat membuat seseorang semakin jatuh dalam
kesombangannya dan ketidakmampuan dirinya melihat kenyataan dalam
hidupnya
KETIGA- Awasi dan peka
dengan perubahan yang terjadi. Dalam buku Who Moved My Cheese
disimpulkan bahwa kita harus selalu mencium keju kita, apakah sudah basi
ataukah mulai diambil orang lain. Kita pun harus terus mencium dan peka
bagaimana orang lain mengembangkan dirinya serta bisa jadi ancaman bagi
kita. Jangan pula merasa diri paling hebat dan lupa belajar.
KEEMPAT- Sopan dan rendah hati untuk belajar dari orang lain.
Sahabat, bentuk arogansi dan keangkuhan
adalah symbol dari Iblis dan Fir’aun yang setelah mencapai puncak
kesuksesan dan kekuasaan, dia kemudian mengangkat dirinya sederajat
dengan Tuhan, dan apakah kesudahannya ? BINASA DI DUNIA, NERAKA DI
AKHIRAT !
Kamis, 22 Maret 2012
AIR SUSU IBU ( ASI ) YANG DIBERIKAN PADA BAYI TERBUKTI LEBIH SEHAT
Fakta menunjukkan bahwa pertumbuhan bayi yang diberi ASI terlihat
berbeda dari susu formula bayi. Kesehatan mereka di masa mendatang juga
akan lebih baik.
Minum susu benar-benar bisa menurunkan hormon pertumbuhan IGF-I dan insulin dalam darah. Tidak hanya saat bayi diberi makan dengan ASI, tetapi juga saat bayi diberikan makanan tambahan. Meskipun secara kasat mata, bayi akan terlihat lebih tipis dari susu bayi dengan susu formula.
Sedangkan susu formula bayi akan terlihat gemuk formula yang lebih makan karena memicu produksi sel-sel lemak yang dapat membuat berat bayi menjadi lebih cepat.
Survei yang dilakukan pada 330 bayi usia 10, 18, dan 36 bulan oleh LIFE Fakultas Sains, Universitas Kopenhagen, Denmark, menunjukkan bahwa bayi berusia 18 bulan yang menjalani program yang lagi menyusui memiliki berat yang lebih rendah bila dibandingkan dengan bayi susu formula seperti dikutip Daily Mail.
"Kita bisa melihat bahwa menyusui memiliki tanda signifikan dalam hormon pertumbuhan IGF-I dan insulin Semakin lama bayi disusui, hormon kurang.. Artinya, bayi yang disusui dapat dilindungi dari obesitas dan diabetes ketika ia dewasa," kata Anja Lykke Madsen, seorang anggota peneliti.
Fakta lain yang terungkap menunjukkan bahwa ASI melindungi bayi dari perut kembung, infeksi pernapasan, asma, eksim, dan alergi. Selain itu, ASI juga menekan terjadinya menopause dini, kanker leher rahim, dan osteoporosis ketika mereka telah menjadi ibu.
Sisi positif dari menyusui bagi ibu baru melahirkan, dia akan cepat kembali singset karena menyusui akan membakar 500 kalori per hari. Departemen Kesehatan bahkan menyarankan untuk melakukan ASI eksklusif selama 6 bulan.
Di Eropa, Inggris, termasuk negara-negara dengan jumlah ibu menyusui yang terendah. Hanya 1 dari 3 wanita yang melakukannya. Bahkan saat bayi berusia 4 bulan, mereka segera mengganti ASI dengan susu formula. Berkomunikasi dengan di Swedia, 98 persen ibu menyusui bayinya.
Penelitian yang dilakukan sebelumnya menemukan bahwa susu formula yang diberikan terlalu dini, yaitu pada bayi kurang 6 bulan, dapat menyebabkan perkembangan yang terlalu cepat pada bayi.
Prof Kim Fleischer Michaelsen of Copenhagen University mengatakan, "Jika dibandingkan dengan susu formula, ASI bayi berat badan tidak terlalu ditembak. Dan di masa depan, bayi ASI akan mengalami penyakit gaya hidup kecil".
"DAN IBU - IBU HENDAKLAH MENYUSUI ANAK - ANAKMU SELAMA DUA TAHUN PENUH ( AL BAQARAH 2 : 233 )
Minum susu benar-benar bisa menurunkan hormon pertumbuhan IGF-I dan insulin dalam darah. Tidak hanya saat bayi diberi makan dengan ASI, tetapi juga saat bayi diberikan makanan tambahan. Meskipun secara kasat mata, bayi akan terlihat lebih tipis dari susu bayi dengan susu formula.
Sedangkan susu formula bayi akan terlihat gemuk formula yang lebih makan karena memicu produksi sel-sel lemak yang dapat membuat berat bayi menjadi lebih cepat.
Survei yang dilakukan pada 330 bayi usia 10, 18, dan 36 bulan oleh LIFE Fakultas Sains, Universitas Kopenhagen, Denmark, menunjukkan bahwa bayi berusia 18 bulan yang menjalani program yang lagi menyusui memiliki berat yang lebih rendah bila dibandingkan dengan bayi susu formula seperti dikutip Daily Mail.
"Kita bisa melihat bahwa menyusui memiliki tanda signifikan dalam hormon pertumbuhan IGF-I dan insulin Semakin lama bayi disusui, hormon kurang.. Artinya, bayi yang disusui dapat dilindungi dari obesitas dan diabetes ketika ia dewasa," kata Anja Lykke Madsen, seorang anggota peneliti.
Fakta lain yang terungkap menunjukkan bahwa ASI melindungi bayi dari perut kembung, infeksi pernapasan, asma, eksim, dan alergi. Selain itu, ASI juga menekan terjadinya menopause dini, kanker leher rahim, dan osteoporosis ketika mereka telah menjadi ibu.
Sisi positif dari menyusui bagi ibu baru melahirkan, dia akan cepat kembali singset karena menyusui akan membakar 500 kalori per hari. Departemen Kesehatan bahkan menyarankan untuk melakukan ASI eksklusif selama 6 bulan.
Di Eropa, Inggris, termasuk negara-negara dengan jumlah ibu menyusui yang terendah. Hanya 1 dari 3 wanita yang melakukannya. Bahkan saat bayi berusia 4 bulan, mereka segera mengganti ASI dengan susu formula. Berkomunikasi dengan di Swedia, 98 persen ibu menyusui bayinya.
Penelitian yang dilakukan sebelumnya menemukan bahwa susu formula yang diberikan terlalu dini, yaitu pada bayi kurang 6 bulan, dapat menyebabkan perkembangan yang terlalu cepat pada bayi.
Prof Kim Fleischer Michaelsen of Copenhagen University mengatakan, "Jika dibandingkan dengan susu formula, ASI bayi berat badan tidak terlalu ditembak. Dan di masa depan, bayi ASI akan mengalami penyakit gaya hidup kecil".
"DAN IBU - IBU HENDAKLAH MENYUSUI ANAK - ANAKMU SELAMA DUA TAHUN PENUH ( AL BAQARAH 2 : 233 )
IKATAN EMOSIONAL ANTARA IBU DAN BALITA DAPAT MEMPENGARUHI OBESITAS
Ingin memiliki remaja sehat? Bangunlah interaksi yang dekat atau
hubungan dengan bayi pada usia dini. Sebuah studi disebut, ketika remaja
mengalami obesitas cenderung memiliki hubungan emosional yang buruk
dengan ibunya pada usia lima.
Temuan ini menegaskan penelitian sebelumnya bahwa balita yang tidak memiliki ikatan emosional dengan ibu akan mulai menggemukkan pada usia 4,5 tahun.
Dalam penelitian terbaru yang dikutip dari Berita Hari Kesehatan, sejumlah ilmuwan meneliti data kesehatan nasional lembaga kesehatan anak dari ratusan keluarga di sembilan negara yang lahir pada tahun 1991.
Hasil analisis peneliti Ohio University menunjukkan bahwa mereka dengan ikatan emosional terendah dengan ibu pada usia balita memiliki risiko tertinggi obesitas saat menginjak 15 tahun.
Lebih dari seperempat balita yang memiliki hubungan berkualitas buruk dengan ibu mereka sebagai obesitas remaja berkembang, dibandingkan dengan 13 persen anak-anak yang memiliki ikatan yang kuat dengan ibu dalam tahun-tahun awal pertumbuhan mereka.
Penelitian yang diterbitkan dalam edisi Januari jurnal Pediatrics menunjukkan bahwa risiko terkena obesitas area otak yang mengontrol emosi dan merespon stres. "Pada saat yang sama, daerah otak yang sama bekerja sama untuk mengontrol nafsu makan dan menjaga keseimbangan energi," kata para peneliti.
Penulis menyarankan obesitas upaya pencegahan harus mencakup strategi meningkatkan ikatan antara ibu dan anak, selain mempromosikan makan sehat dan olahraga.
"Ada kemungkinan intervensi dengan obesitas dapat meningkatkan ikatan emosional antara ibu dan anak daripada berfokus hanya pada asupan makanan dan aktivitas fisik," kata Sarah Anderson, asisten profesor epidemiologi di Universitas Ohio, penulis utama.
Dia menambahkan, "Sensitivitas ibu dalam interaksi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi orang tua anak-anak mereka tidak dapat selalu mengontrol anak. Kita harus berpikir meningkatkan kualitas hubungan ibu dan anak yang berdampak pada kesehatan anak-anak," kata Anderson.
Temuan ini menegaskan penelitian sebelumnya bahwa balita yang tidak memiliki ikatan emosional dengan ibu akan mulai menggemukkan pada usia 4,5 tahun.
Dalam penelitian terbaru yang dikutip dari Berita Hari Kesehatan, sejumlah ilmuwan meneliti data kesehatan nasional lembaga kesehatan anak dari ratusan keluarga di sembilan negara yang lahir pada tahun 1991.
Hasil analisis peneliti Ohio University menunjukkan bahwa mereka dengan ikatan emosional terendah dengan ibu pada usia balita memiliki risiko tertinggi obesitas saat menginjak 15 tahun.
Lebih dari seperempat balita yang memiliki hubungan berkualitas buruk dengan ibu mereka sebagai obesitas remaja berkembang, dibandingkan dengan 13 persen anak-anak yang memiliki ikatan yang kuat dengan ibu dalam tahun-tahun awal pertumbuhan mereka.
Penelitian yang diterbitkan dalam edisi Januari jurnal Pediatrics menunjukkan bahwa risiko terkena obesitas area otak yang mengontrol emosi dan merespon stres. "Pada saat yang sama, daerah otak yang sama bekerja sama untuk mengontrol nafsu makan dan menjaga keseimbangan energi," kata para peneliti.
Penulis menyarankan obesitas upaya pencegahan harus mencakup strategi meningkatkan ikatan antara ibu dan anak, selain mempromosikan makan sehat dan olahraga.
"Ada kemungkinan intervensi dengan obesitas dapat meningkatkan ikatan emosional antara ibu dan anak daripada berfokus hanya pada asupan makanan dan aktivitas fisik," kata Sarah Anderson, asisten profesor epidemiologi di Universitas Ohio, penulis utama.
Dia menambahkan, "Sensitivitas ibu dalam interaksi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi orang tua anak-anak mereka tidak dapat selalu mengontrol anak. Kita harus berpikir meningkatkan kualitas hubungan ibu dan anak yang berdampak pada kesehatan anak-anak," kata Anderson.
Minggu, 04 Maret 2012
POLITIK PECAH BELAH (DEVIDE ET IMPERA) DAN TERPURUKNYA TIMNAS KITA
Timnas Tahun 1938, 1956, 1987, 2010
Sepuluh Hasil Buruk Indonesia Sepanjang Sejarah
Sepuluh. Angka ini
mendadak tidak lepas dari benak pikiran serta ramai menjadi pembahasan
penggemar sepakbola tanah air, Rabu (29/2) malam lalu. Pasalnya, telah tercipta
sejarah yang sayangnya merupakan peristiwa memalukan bagi timnas Indonesia. Pada
laga terakhir kualifikasi Piala Dunia 2014 zona Asia, Indonesia ditelan tuan rumah Bahrain, 10-0.
Sepuluh gol tercipta ke dalam gawang Andi Muhammad Guntur. Seakan kian
melengkapi penderitaan, Samsidar menerima kartu merah pada menit ketiga
pertandingan, menyusul kartu merah kepada pelatih Aji Santoso, dan empat kali
hukuman penalti yang dijatuhkan wasit Andre El Haddad asal Libanon. Sejarah juga
mencatat, tidak ada tim lain setelah Brighton & Hove Albion pada Maret 1989
yang menerima empat hukuman penalti sekaligus pada satu pertandingan.
GOAL.com mencoba merangkum sepuluh hasil
pertandingan terburuk yang pernah dialami Indonesia sepanjang sejarah.
Definisi "terburuk" tidak mesti berarti kekalahan dengan skor besar,
tetapi juga hasil-hasil mengejutkan dan di luar dugaan yang mencegah
terwujudnya mimpi Indonesia
untuk berprestasi. Sepuluh pertandingan ini juga dipilih berdasarkan dampaknya
terhadap perkembangan sepakbola tanah air secara keseluruhan. Dengan demikian,
kekalahan 7-1 dari Uruguay,
misalnya, pada laga ujicoba tidak masuk dalam catatan.
Catatan hasil-hasil ini juga tidak dimaksudkan untuk menghujat, melainkan
dilakukan dengan semangat pembelajaran dari pengalaman yang sudah dialami Indonesia.
Sepakbola tidak melulu soal kemenangan, tetapi juga bagaimana caranya bangkit
dari keterpurukan.
1. Mogok di debut regional, vs
Thailand 1-1, SEA Games 1977 Untuk kali pertama Indonesia berpartisipasi di pesta
olahraga negara Asia Tenggara, SEA Games. Di cabang sepakbola, Indonesia disematkan status favorit karena sudah
langganan tampil di turnamen antarnegara seperti Merdeka Games, Piala Raja Thailand, atau
Piala Presiden Korea Selatan. Status favorit kian lantang ketika Indonesia mampu mengalahkan tuan rumah Malaysia 2-1
pada laga debut SEA Games. Setelah laga itu, skuad Indonesia menuding kubu tuan rumah
menerapkan strategi tidak sportif dengan jadwal ketat. Puncaknya terjadi ketika
di laga semi-final Indonesia
memprotes kepemimpinan wasit Othman Omar, asal Malaysia, yang dianggap berat
sebelah. Pemain Indonesia
berkelahi dengan Thailand
dan wasit menghentikan pertandingan pada menit ke-60 pada kedudukan 1-1. Indonesia menolak melanjutkan laga sehingga
panitia memberikan kemenangan kepada Thailand. Indonesia pun melanjutkan protes dengan mogok
bertanding pada pertandingan perebutan medali perunggu melawan Burma.
2. Super-Mokh membungkam Senayan,
vs Malaysia 0-1, SEA Games 1979 Setelah kasus mogok pada partisipasi debut, Indonesia
berhasil melaju ke babak puncak SEA Games 1979 yang digelar di kandang sendiri.
Ratusan ribu pasang mata memadati Senayan berharap Indonesia mampu melengkapi gelar
juara umum dengan medali emas cabang primadona, sepakbola. Apalagi musuh di
laga puncak adalah seteru abadi, Malaysia. Harapan masyarakat Indonesia
musnah di kaki penyerang legendaris Harimau Malaya, Mokhtar Dahari.
Memanfaatkan kecerobohan Ronny Pattinasarany, pemain berjuluk Super-Mokh itu
berhasil membobol gawang Ronny Paslah pada menit ke-21. Indonesia gagal
membalas sepanjang sisa pertandingan dan rivalitas dua negara tetangga ini pun
kian dalam.
2. Raksasa melawan liliput, vs
Fiji 3-3, Kualifikasi Piala Dunia 1982
Indonesia tak mampu mengalahkan Fiji, negara seukuran provinsi Nusa Tenggara
Barat, dalam dua pertemuan pada kualifikasi Piala Dunia 1982. Tergabung di Sub
Grup A kualifikasi Piala Dunia 1982 bersama Selandia Baru, Australia, Taiwan,
dan Fiji, Indonesia nyaris saja terhempas menjadi juru kunci. Hasil buruk
dibukukan pada empat laga pertama ketika dibekuk Selandia Baru 2-0 dan 5-0,
kandang dan tandang, menyerah 2-0 dari Australia di Melbourne, dan bermain
imbang 0-0 melawan tuan rumah Fiji. PSSI memutuskan mengganti pelatih Harry
Tjong dengan Endang Witarsa. Di Senayan, dua hari sebelum melawan Fiji, seperti
dilansir Tempo, manajer Syarnoebi Said akan menyuruh pemain Indonesia bersumpah
guna menepis kecurigaan kemungkinan disuap. Di lapangan, Indonesia sempat unggul 3-1 sebelum akhirnya
disamakan 3-3 oleh Fiji
hingga pertandingan berakhir. Beruntung Indonesia
selamat dari posisi juru kunci setelah menaklukkan Australia 1-0 pada laga pamungkas
yang sudah tidak menentukan.
4. Antiklimaks Garuda 1, vs
Thailand 0-7, SEA Games 1985
Hanya empat bulan setelah sukses menjuarai Sub Grup B kualifikasi Piala Dunia
1986 dan hanya kalah dari Korea Selatan yang lolos ke Meksiko, Indonesia tidak
tampil dengan standar yang sama di SEA Games di Thailand. Padahal Indonesia
tampil dengan sisa-sisa skuad Garuda 1 yang berlatih khusus di Brasil. Bedanya,
Bertje Matulapelwa ditunjuk menjadi pelatih menggantikan Sinyo Aliandoe. Pada
partisipasi kali ini, Indonesia
hanya mampu bermain imbang sekali dalam empat pertandingan. Puncaknya adalah
kekalahan telak 7-0 dari tuan rumah Thailand di semi-final. Usai SEA
Games, Bertje tetap dipercaya PSSI menangani timnas. Seperti diketahui, Bertje
kemudian sukses membawa Indonesia
menempati peringkat keempat Asian Games 1986. Kegagalan SEA Games rupanya
menjadi pelecut Indonesia untuk melaju jauh di Asian Games dan kemudian sukses
menjuarai SEA Games 1987 yang digelar di Jakarta.
5. Gol bunuh diri Mursyid
Effendy, vs Thailand 2-3, Piala Tiger 1998
Untuk menghindari tuan rumah sekaligus favorit Vietnam di semi-final, Indonesia
dan Thailand "menolak" menang pada pertandingan terakhir babak
penyisihan Grup A. Kedua tim sudah dipastikan lolos ke semi-final, tetapi hasil
imbang saja sudah cukup bagi Thailand untuk menempati posisi runner-up dan
terhindar dari laga melawan Vietnam. Ketidakseriusan memuncak usai jeda. Indonesia memimpin dua kali sebelum selalu
disamakan Thailand.
Puncaknya, pada menit ke-90 Mursyid Effendi melesakkan bola ke dalam gawang
sendiri! Thailand menang 3-2
dan berhadapan dengan Vietnam
di semi-final. Ketua Umum PSSI Azwar Anas menyambut kepulangan timnas di
bandara dan sambil berlinang air mata menyatakan pengunduran diri karena
insiden memalukan itu. Setelahnya, Mursyid juga mendapat sanksi larangan
bermain untuk timnas seumur hidup oleh FIFA.
6. Antiklimaks di Negeri Tirai
Bambu, vs Cina 0-5, Piala Asia 2004
Bersama pelatih Bulgaria yang senantiasa didampingi penerjemah bahasa
Indonesia, Ivan Kolev, membawa Garuda mengejutkan Asia dengan menundukkan Qatar
2-1 pada laga perdana Grup A Piala Asia 2004. Hasil tersebut menyebabkan Qatar memecat
pelatih Philippe Troussier. Optimisme pun melambung karena minimal Indonesia membutuhkan satu poin tambahan melawan
Cina dan Bahrain
pada dua laga susulan. Nyatanya,
Indonesia
tampil lesu pada laga kedua menghadapi tuan rumah Cina. Alex Pulalo mendapat
kartu merah pada menit ke-29 dan Garuda menyerah 5-0. Pada laga terakhir Indonesia dikalahkan Bahrain 3-1 dan gagal masuk delapan
besar. Kolev kemudian tidak melanjutkan tugas sebagai pelatih dan digantikan
oleh Peter Withe untuk Piala AFF tahun yang sama. Tim besutan Withe, dengan
mengandalkan bintang baru seperti Boaz Solossa dan Ilham Jayakesuma, tampil
mempesona di turnamen tersebut.
7. Blunder Garuda Muda, vs Suriah
0-7, kualifikasi Piala Dunia 2010
Gairah publik meningkat setelah penampilan Indonesia di Piala Asia 2007 yang
terbilang memuaskan meski gagal lolos ke babak perempat-final. Semangat melaju
jauh di kualifikasi Piala Dunia pun mengapung ketika berhadapan dengan Suriah
di babak eliminasi. Apa lacur, 9 November, Indonesia harus mengakui keunggulan
tim tamu 4-1. Merasa tak lagi punya peluang, Indonesia
mengirimkan tim U-23 yang disiapkan mengikuti
SEA Games 2007. Kebijakan
itu terbukti menjadi blunder. Garuda Muda menyerah 7-0 di Damaskus dan gagal
total di Nakhon Rachasima, Thailand. Pelatih Ivan Kolev yang
dipuja-puja saat Piala Asia pun sontak kehilangan kepercayaan PSSI dan
digantikan dengan Benny Dollo di awal 2008.
8. Tersandung di Bukit Jalil, vs
Malaysia 0-3, leg pertama final Piala AFF 2010
Sejengkal lagi perjuangan Indonesia mengakhiri puasa gelar sejak 1991 akan
terwujud di Piala AFF 2010. Indonesia
selalu menang dalam tiga pertandingan penyisihan grup dan dua laga semi-final
melawan tim kejutan Filipina. Lawan di laga puncak adalah Malaysia, tim
muda yang ditelan 5-1 pada laga pembuka di Senayan. Dengan segala sorotan dan
eksploitasi terhadap tim asuhan Alfred Riedl, termasuk dengan kegiatan tim
mengikuti pengajian sebelum laga final, Indonesia tersandung di Bukit
Jalil. Malaysia
mengejutkan dengan kemenangan 3-0 dan hasil itu hanya mampu dibalas 2-1 pada
laga kedua di Senayan beberapa hari berselang. Harapan publik untuk berprestasi
pun kembali pupus. Enam bulan setelah turnamen, terjadi pergantian kepemimpinan
PSSI dan Riedl secara kontroversial dipecat untuk digantikan dengan Wim
Rijsbergen.
9. Skandal Senayan, vs Yugoslavia
Selection 2-3, Laga eksebisi
Almarhum Tony Pogacnik tercenung setiap kali ditanya wartawan tentang peristiwa
memalukan yang terjadi di tengah persiapan Indonesia menghadapi Asian Games
1962 di negeri sendiri. Persiapan untuk cabang sepakbola digelar serius dengan
menggelar pelatnas dan membentuk dua tim, Banteng dan Garuda. Sejumlah laga
ujicoba digelar, antara lain menghadapi Torpedo Moskwa dan Yugoslavia
Selection. Pada kekalahan 3-2 melawan Yugoslavia Selection disinyalir sejumlah
pemain timnas menerima suap. Pogacnik bahkan sampai berlinang air mata ketika
kepolisian memeriksa dan menahan beberapa pemain atas tuduhan tersebut. Pada
akhirnya, Pogacnik terpaksa membentuk tim yang sama sekali baru. Di Asian
Games, Indonesia
gagal terbang tinggi dan tersisih di penyisihan grup.
10. Tragedi Manama, vs Bahrain
0-10, Kualifikasi Piala Dunia 2014
Terakhir, tentu saja hasil yang baru saja terjadi di pertandingan terakhir
kualifikasi menuju Brasil 2014. Tak lagi punya peluang, ditambah dengan masalah
dualisme kompetisi, PSSI memberangkatkan tim yang hanya diisi para pemain dari
kompetisi legal. Wim Rijsbergen tidak lagi menjadi pelatih dan Aji Santoso
dipercaya menukangi tim. Hasil buruk rupanya merusak laga debut Aji serta
sebagian besar para pemain di ajang internasional. Kekalahan 10-0 di Manama ini
merupakan yang terbesar dialami Indonesia
sepanjang sejarah, melampaui rekor 9-0 ketika dikalahkan Denmark pada
1974.
MASUKNYA POLITIK PECAH BELAH / DEVIDE ET IMPERA DI ORGANISASI PSSI
Politik adu domba atau devide et impera adalah kunci sukses mengusai bangsa Goliath yang bodoh ini. Secara definitif, devide et impera adalah kombinasi
strategi politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan
menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi
kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukan. Belanda menyadari
betul, dengan cara mempelajari keberagaman Indonesia, mereka ubah
keberagaman itu menjadi rasa kebencian dengan strategi devide et impera mereka.
Dari kolonialisme Belanda akhirnya bangsa ini mengenal praktek devide et impera. Sebelum
zaman kolonial, keberagaman bangsa ini disadari oleh masing-masing
budaya di Indonesia. Tidak pernah terjadi kisah serial Perang Nusantara
I, II, III dan seterusnya. Perang antar kerajaan memang terjadi, tetapi
bukan karena perbedaan, semata-mata ambisi raja-rajanya sendiri. Kita
pernah membenci kolonialisme, tetapi kita meniru kelakuan mereka. Bangsa
ini tidak berbakat imperialis. Lha Majapahit bagaimana? baca baik-baik,
apa pernah ada koloni orang-orang Majapahit di Melayu, di Papua, di
Kalimantan Tanjungpura? Majapahit tetap menghargai perbedaan meskipun
haus penghormatan. Sriwijaya bagaimana pak? Ya sama saja, yang penting
pelabuhan-pelabuhan berkiblat ke Sriwijaya. Mereka tidak pernah
mengibarkan kebencian atas perbedaan.
Kini, devide et impera merambah
sepakbola Indonesia. Dan praktek itu akhirnya memang berhasil
menggulingkan kekuasaan sebuah rezim sepakbola di PSSI yang selama 8
tahun menguasai sepakbola Indonesia.
Karena ketidakpuasan terhadap rezim Nurdin Halid yang selama
8 tahun menjalankan kompetisi sepakbola dengan amburadul, nir prestasi
internasional,kompetisi ISL yang penuh dengan mafia, seorang Arifin
Panigoro memunculkan liga tandingan, LPI. Dengan klaim lebih
profesional, jujur dan bebas dari uang rakyat. Maka, bermuncullah
klub-klub baru hasil konsorsium untuk menyemarakkan liga tandingan
tersebut. Umpan itu juga termakan oleh beberapa klub lama yang karena
dikecewakan oleh induk organisasinya akhirnya membelot dan mengikuti
liga tandingan. Persema, Persibo, PSM Makassar, dan Persebaya dianggap
berkhianat. Arifin Panigoro berhasil menjalankan devide et impera-nya.
Tak terima dengan pembelotan klub-klub tersebut, Nurdin
Halid bertindak tegas. Keempat klub pembelot tersebut dikeluarkan dari
PSSI, meski kemudian akhirnya hanya PSM yang diampuni. Mungkin karena
ikatan kedaerahan yang membuat Nurdin Halid mengampuni PSM. Sementara
itu, Persebaya, yang entah kenapa menjadi musuh bebuyutan Nurdin, malah
dibuatkan klub tandingannya. Diboyonglah para pemain Persikubar ke
Surabaya, dan Nurdin pun membentuk Persebaya tandingan. Devide et impera.
Mengapa waktu itu hanya Persebaya yang dikloning? Karena
Persebaya mempunyai basis supporter yang besar dan fanatik. Beda dengan
Persema dan Persibo. Dengan mass power yang besar itulah Nurdin berharap
Persebaya bikinannya akan bisa menarik sebagian supporter Persebaya
asli untuk mendukung kekuasaannya. Meski kenyataannya terbalik.
Persebaya-nya Nurdin malah tidak memiliki dukungan supporter.
Aksi people power para supporter Indonesia akhirnya berhasil
menggulingkan Nurdin dari PSSI. Pengurus memang telah berganti, namun devide et impera masih
terus berlanjut. Dengan maksud mereset kompetisi agar bisa dinilai
lebih profesional, Ketua Umum PSSI terpilih Djohar Arifin merangkul
kembali klub-klub yang dulu membelot. Dan operator kompetisi juga
diganti karena ditenggarai mempunyai banyak hutang dan dijadikan ladang
korupsi oleh pengurus lama.
Keputusan yang dianggap sepihak tersebut membuat beberapa
orang pengurus membelot dan membentuk organisasi tandingan KPSI.
Didukung oleh beberapa klub partisipan liga yang lama, akhirnya mereka
memunculkan lagi liga tandingan diluar PSSI. Muncullah dualisme liga
Indonesia, ISL dan IPL. Djohar Arifin yang
menahkodai PSSI jelas kocar-kacir dengan serangan tersebut. Dengan
alasan hukum dan administrasi serta deadline dari AFC, Djohar meminta
semua klub sudah harus berbadan hukum. Pengurus klub yang tidak siap
lebih memilih berlaga di ISL, dan muncullah dualisme klub. Ada Arema
IPL, ada pula Arema ISL. Persija, PSMS, Persis Solo, dan Persebaya yang
sudah lebih dulu dikembarkan. Sedangkan PSM Makassar yang sudah mapan di
IPL, sedang dibuatkan kembarannya oleh Kadir Halid, adik dari Nurdin
Halid. Divide et impera.
Setiap kubu punya alasan tersendiri, namun, tidak adakah kebesaran
hati mereka untuk bisa duduk bersama mewujudkan kebersamaan dan
persatuan? Berkacalah pada sejarah bangsa kita sendiri. Dalam pembahasan
mengenai bahasa persatuan saat kumpul-kumpul Boedi Oetomo 1928, Jong Ambon keberatan dengan bahasa
persatuan Indonesia yang didominasi kata dalam bahasa Melayu. Namun,
kebesaran hati mereka yang menerima bahasa persatuan Indonesia akhirnya
mampu menghasilkan sebuah kekuatan yang tidak terhingga: sumpah pemuda
dan akhirnya kemerdekaan Indonesia. Lihat pula kebesaran hati Bung Hatta yang menepikan emosi, warisan konflik, serta egonya untuk bernegosiasi dengan penjajah Belanda dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag. Hingga hasilnya dapat kita nikmati sampai saat ini, yaitu kemerdekaan penuh dan berdaulat.
Inilah yang seharusnya dicontoh oleh KPSI dan PSSI, jiwa kepahlawanan untuk menyelamatkan sepak bola nasional harus dikedepankan ketimbang saling menjatuhkan satu sama lain.